Sabtu, 14 Mei 2016

MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN

MAKALAH KELOMPOK
MANAJEMEN TERPADU MUTU PENDIDIKAN

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS PERKULIAHAN
MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Wignyo Adiwibowo, M.Pd


Description: E:\STKIP ISLAM\Logo STKIP-STIE\STIKIP ISLAM BUMIAYU tnp BACKGROUND.png

Disusun Oleh:
1.      Maesaroh Khayati                (40212116)
2.      Farah Siska Lukanti             (40212126)
3.      Gita Purnama                        (40212111)
4.      Liliana Astari                         (40212144)
5.      Nia Faoziatin Fajri                (40212129)
6.      Devie Aryani                          (40212134)
7.      Ninik Restu Handayani        (40212112)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami diberi kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Makalah yang berjudul “Manajemen Terpadu Mutu Pendidikan” merupakan aplikasi dari kami. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan pengetahuan tentang “Manajemen Terpadu Mutu Pendidikan”.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan ataupun menjadi referensi kita dalam mengetahui dan mempelajari tentang “Manajemen Terpadu Mutu Pendidikan”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.




Bumiayu, 25 Desember 2013




BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Manajemen mutu yang populer disebut dengan Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia sementara Ross dalam William Mantja sebagaimana yang dikutib oleh Marno dan Triyo Supriyatno mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperolehdan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuannya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan.
Jadi Manajemen Peningkatan mutu menurut William adalah sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus  dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya  guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat .Dari definisi diatas maka dapat ditarik benang merah bahwa dalam Manajemen pengembangan mutu terkandung upaya:
1.      Mengendalikan proses yang berlangsung dilembaga pendidikan atau sekolah baik kurikuler maupun administrasi.
2.      Melibatkan proses diagnosis
3.      Peningkatan mutu harus didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
4.      Peningkatan mutu harus terus menerus dan berkesinambungan
5.      Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkansemua unsur yang ada dilembaga pendidikan
6.      Peningkatan mutu memiliki prinsip yang menyatakan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini dalam dunia pendidikan dikenal beberapa istilah untuk peningkatan mutu antara lain SBM (Based School Management), LBM  (local Based Management) SBM (Side Based management) SOM (School Otonomi Management), dan saat ini yang sedang digalakkan di Indonesiaadalah MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), MPBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) serta MBM ( Manajemen Berbasis Madrasah). Ketiga istilah tersebut sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1997/1998.
Permasalahan mutu didalam lemabaga pendidikan Islam merupakan permasalahan yang paling serius dan paling kompleksrata-rata lembaga pendidikan Islam belum berhasil merealisasikan mutupendidikannya. Padahal mutu pendidikan itu menjadi cita-cita bersama seluruh pemikir dan praktisi pendidikan Islam. Bahkan telah diupayakan melalui berbagai cara, metode, pendekatan, strategi dan kebijakan. Ada apa sebenarnya dengan mutu pendidikan sehingga banyak menghabiskan energi tetapi hasilnyabelum riil dan proporsional? Untuk menjawabnya dibutuhkan analisis manajemen komponen mutu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:
1.      Kepemimpinan untuk Mutu Pendidikan
2.      Pemberdayaan Guru
3.      Kelompok Kerja untuk Meraih Mutu
4.      Alat dan Teknik Perbaikan Mutu
5.      Strategi Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apa peran pemimpin dalam perbaikanmutu
2.      Untuk mengetahui bagaimana memberdayakan guru untuk peningkatan mutu
3.      Untuk Mengetahui bagaimana membentuk kelompok kerja guru untuk peningkatan mutu
4.      Untuk mengetahui alat dan teknik yang bisa digunakan dalam perbaikan mutu.
5.      Untuk mengetahui Strategi Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan untuk Mutu Pendidikan
Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses, output, dan outcome. Dilakukan secara berkelanjutan menunjukkan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian kerja  keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu-waktu).
Dalam konteks outcome (dampak) dikenal dengan istilah layanan purna jual. Dalam dunia pendidikan, layanan purna jual ini terkait dengan keterlibatan  alumni dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Semua komponen sistem organisasi diposisikan sebagai bagian untuk menjamin mutu dan disinergikan melalui kepemimpinan mutu.
Para ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertian TQM (Total Quality Management). Dikemukakan Edward Sallis bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethoraof new external pressures”. Pendapat diatas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan- tekanan faktor eksternal.
Dalam konteks ini, organisasi harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang manajer pendidikan yaitu kepala sekolah/ madrasah, pimpinan pesantren, rektor, atau direktur adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan yang dipimpinnya menjelaskan: “Without quality leadership and skillful management  and on going support for their leaders, those lower in the organization become disillusioned in time, cease to continue the change effort.”  Upaya memperbaiki kualitas dalam satu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya benar-benar berkwalitas atau unggul.
Kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah hanya akan maju bila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki ketrampilan manajerial, serta integritas kepribadian dalam melakukan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai dengan iklim organisasinya.
Untuk menciptakan sekolah yang fungsional dan efektif dalam mencapai harapan pelanggan, maka perlu diciptakan hal-hal yang baru dalam organisasi pendidikan, baik dalam hal pilihan metode pengajaran, pembiayaan yang efektif, penggunaan alat teknologi pengajaran yang baru, materi pengajaran yang bermutu tinggi, dan kemampuan menciptakan dan menawarkan lulusan. Para pimpinan lembaga pendidikan yang ingin mengarahkan organisasinya ke dalam era baru memerlukan pengertian akan dinamika perubahan dan mengelola perubahan itu sendiri. Untuk mewujudkan perubahan organisasi dalam manajemen mutu terpadu, pendidikan sangat tergantung pada evektifitas kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian mutu lulusan dan pelayanan pelanggan yang terbaik.
1.      Hakekat kepemimpinan
Menurut Allan Tucker mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Intinya kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan pekerjaan dengan sukarela dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kepemimpinan itu terdapat unsur pemimpin (leader), anggota (followers), dan situasi (situation), tertentu.
Kepemimpinan merupakan konsep hubungan (relation concept) manusia dalam spektrum luas yang esensinya bertumpupada kemampuan mempengaruhi seseorang atau orang lain sejalan dengan itu.dikemukakan juga oleh Kouzes dan posner “  Leadership is a relationship, one between constituent and leader that is based in mutual needs and interest”. Sebagai hubungan antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin maka kepemimpinan berlangsung atas dasar adanya hubungansaling membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka mencapai tujuan. Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung dimana saja, karena kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu dalam rangka mencapai maksud tertentu.
2.      Kepemimpinan Pendidikan (Educational leadership)
Sebuah organisasi hanya akan bergerak jika kepemimpinan yang ada di dalamnya berhasil dan efektif. Demikian pula halnyasebuah gerakan mutu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau penciptaan kultur mutu dalam mengantisipasi tantangan perubahan eksternal di sekolah diperlukan suatu kepemimpinan efektif untuk meraih mutu pendidikan. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, yang dimaksud pemimpin adalah semua orang yang bertanggung jawab dalam proses perbaikan yang berada pada semua level kelembagaan pendidikan. Para pemimpin pendidikan harus memilki komitmen terhadap perbaikan mutu dalam fungsi utamanya. Oleh karena itu, fungsi dari kepemimpinan pendidikan haruslah tertuju pada mutu belajar serta semua staflain yang mendukungnya. Keberadaan anggota atau staf adalah juga penting dalam organisasi. Kouzes dan Ponser menjelaskan bahwa “  There is no leadership without someone following”. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan organisasi tidak akan berjalan tanpa peran pengikutatau staf.
Bagaimanapun juga fungsi kepemimpinan pendidikan merupakan satu dimensi yang paling esensial untuk melaksanakan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Setiap respon organisasi  terhadap perubahan yang terjadi melahirkan perubahan kultur mutu, sangat ditentukan oleh kepemimpinan yang dijalankan para pemimpin lembaga  pendidikan. Oleh karena itu pimpinan lembaga pendidikan menjadi motor penggerak yang mempengaruhi anggota yaitu para guru dan pegawai agar bekerja secara sukarela menampilkan kerja tinggi mencapai standar  mutu yang diharapkan orang tua, masyarakat, lapangan kerja, industri dan pemerintah. Struktur organissai di sekolah terdiri dari:
a.       Kepala Sekolah
b.      Tata Usaha
c.       PKS Kurikulum
d.      PKS Sarana Prasarana
e.       PKS Kesiswaan
f.       PKS Humas
Boleh dikatakan bahwa kinerja seorang kepala Sekolah sering diukur dari kinerja bawahannya yaitu guru dan karyawan, karena kinerja para anggota organisasi sekolah lahir dari ketrampilan dan gaya kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan demokratis partisipatif dapat mendorong pemberdayaan dan keterlibatan guru dalam mengambil  keputusan untuk memajukan sekolah. Untuk itu sifat-sifat atau gaya  kepemimpinan merupakan syarat penting dalam menciptakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memperjuangkan mutu kependidikan. Gaya kepemimpinan adalah mengkomunikasikan visi dan nilai-nilai organisasi terhadap anggota dan memberikannya diantara staf dan pelanggan dalampengalaman pelayanan yang mereka berikan.
3.      Peran Pemimpin Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi  semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan disekolah. Peran  kepemimpinan lembaga pendidikan dilaksanakan oleh rektor untuk mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan pada sekolah-sekolah, banyak komponen yang harus diperhatikan. Komponen tersebut mencakup kepemimpinan, pendidikan dan latihan, iklim organisasi, fokus pelanggan, metode ilmiah dan alat-alatnya, data yang bermakna serta tim penyelesaian masalah. Semua komponen ini hanya akan berfungsi dengan baik saat kepemimpinan sebagai faktor pertama dari peluan dan implementasi TQM pada setiap sekolah. Tanpa kepemimpinan, maka komponen lain tidak akan berarti, bahkan tidakterwujud.
Menurut Sallis, ada beberapa peranan utama pemimpin pendidikan dalam mengembangkan kultur (budaya) mutu, yaitu:
1.      Memiliki visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagiorganisasinya,
2.      Memiliki komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu
3.      Mengkomunikasikan pesan mutu,
4.      Menjamin bahwa kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan pekerjaan organissai
5.      Menjamin tersediannya saluran yang cukup untuk menampung suara-suara pelanggan
6.      Memimpin pengembangan staf
7.      Bersikap hati-hati untuk tidak menyalahkan orang lain
8.      Mengarahkan inovasi dalam organisasi,
9.      Menjamin bahwa kejelasan struktur organisasi menegaskan tanggung jawab dan memberikan pendelegasian yang cocok dan maksimal,
10.  Memiliki sikap teguh untuk mengeluarkan penyimpangan dari budaya organisasi
11.  Membangun kelompok kerja aktif, dan
12.  Membangun mekanisme yang sesuai untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan.
Beberapa isu yang dibuat oleh konferensi dewan mutu pada Mei 1990 adalah sebagai berikut:
1.      A cultural change requirements through continous improvement (satu perubahan budaya yang didasarkan pada filosofi manajemensesuai dengan tuntutan pelanggan melalui perbaikan berkelanjutan).
2.      Management behavior that includes acting as role models, use of quality processes and tools, encouraging communications, sponsoring feedback activities and a supporting environment. (perilaku manajemen juga harus berperan sebagai model, menggunakan alat dan prosesmutu, mendorong komunikasi, mensponsori umpan balik, dan mendukung lingkungan)
B. Pemberdayaan Guru
Tujuan utama manajemen Mutu terpadu dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksudkan  tidak sekaligus, melainkan dituju berdasarkan peningkatan mutu pada  setiap komponen pendidikan.
Komponen-komponen mutu adalah bagian-bagian yang harus ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu. Bagian-bagian ini merupakan pendukung dan menjadi prasayarat dimilikinya mutu, beberapa komponen mutu yang dimaksud adalah:
a.  Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu
Tim Administrasi Pendidikan Universitas PendidikanIndonesia, Manajemen Pendidikan, Manajer puncak harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan secara terpadu dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan mengidentifikasi orang-orang (SDM). Dalam implementasi TQM sebagai kunci proses manajemen, manajer puncak berperan sebagai penasihat, guru dan pimpinan.
b.  Pendidikan dan pelatihan
Perwujudan mutu didasarkan pada ketrampilan setiap  pegawai dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasidan mengembangkan barang/jasa sebagaimana tuntutan pelanggan.
c.  Struktur Pendukung
Manajer puncak akan memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu.
d.  Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organissai yang berorientasimutu perlu ditempuh dengan cara yang bervariasi agar pesan yang dikomunikasikan dapat tersampaikan secara efektif dan manajer puncak dapat berkomunikasi kepada seluruh pegawai mengenai komitmen untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu.
e.  Ganjaran dan pengakuan
Tim dan atau indifidu-individu yang berhasil menerakan prinsip –prinsip mutu harus diakui dan diberi ganjaran sebagaimana kemampuan organisasi. Faktor penting lainya yang tidak boleh ditinggalkanadalah pengakuan terhadap berbagai potensi guru atau pegawai untuk diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim yang kondusif, sertamelakukan pekerjaan secara kreatif.
Menurut Synder dkk, pemberdayaan berarti memberikan pegawai suatu pekerjaan untuk dilakukan dan kebebasan bagi merekauntuk melakukannya secarakreatif Itu berarti membiarkan pagawai untuk mencoba ide-ide baru, meskipun ide tersebut belum pernah dipertimbangkan atau sebelumnya ditolak. Kepala sekolah harus berani mengambil resiko besar  menyediakan iklim organisasi kepada guru.
Dalam konteks manajemen mutu terpadu pendidikan islam, pemberdayaan guru termasuk pegawai, salah satunya melalui pembgaian tanggung jawab. Di sini jelas bahwa keberadaan guru  sebagai staf dalam proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga pendidikan menjadi salah satu pilar kepemimpinan pendidikan. Pencapaian tujuan mutu akan dapat diwujudkan jikamenggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, memfokuskan pada  pengguna/ pelanggan (costumer focus); kedua, peningkatan kualitas pada proses (process improvement); ketiga, melibatkan semua komponen pendidikan (total involvement).
C. Kelompok Kerja Untuk Meraih Mutu
Tim kerja sama modal utama untu meraih mutu. Mereka perlu saling mendorong atau melakukan sinergi dari semua personal yang bekerja bekerja sama dalam bidang akademik dan bidang pendukung lainnya,seperti Tim pengajar. Berkaitan dengan pentingnya tim dalam penerapan manajemen mutu terpadu untuk mengejar mutu pendidikan, maka beberapa langkah yang harus dilalui dalma membentuk tim kerja perbaikan mutu adalah sebagai berikut:
Fase pertama: Pembentukan tim (forming)
Pada fase ini adalah membentuk tim yang merupakan  sekumpulan orang dengan persepsi sendiri-sendiri terhadap tim.
Fase kedua: Penggugahan (storming)
Pada fase ini, anggota tim menganalisis tugas yangdimandatkan kepada tim secara lebih terarah dengan memperhatikan situasi lingkungan yang ada dengan memahami spektrum tugas ini.
Fase ketiga: Penetapan norma atau tata kerja (norming)
Penetapan aturan kerja tim yang dilakukan agar dapat diketahui dan dihormati oleh anggota tim merupakan langkah lanjutan.
Fase keempat:Melakukan kegiatan (performing)
Pada tahap ini tim mulai melakukan pekerjaan Salah satu aplikasi tim kerja sama adalah dibentuknya gugus kendali mutu (quality circles). Adapun gugus kendali mutu adalah sekelompok kecil yang didasarkan atas kepercayaan bersama, sukarela melaksanakan pengawasan mutu di tempat kerja, serta menggunakan metode dan teknik perbaikan produk dan proses dalam suasana kerja yang kondusif.
D. Alat dan Teknik Perbaikan Mutu
Para pendidik seharusnya mempelajari bagaimana menggunakan dan mengoptimalkan strategi dasar agar dapat berhasil melakukan perbaikan mutu lulusan dan pelayanan di sekolah. Alat-alat dan teknik mutu berarti mengenali penyelesaian masalah secara kreatif. Salah satu kekuatan dari manajemen mutu terpadu adalah menyediakan peluang bagi penggunaan  alat-alat dalam penerapannya sesuai konsep dan dengan penggunaan yang teratur. Beberapa alat yang dapat digunakan dalam perbaikanmutu pendidikan menurut Edward Sallis adalah:
1)      Gugah Pikiran (Brain storming)
2)      Jaringan Kerja Kemiripan (Affinity Network)
3)      Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram or Ishikawa)
4)      Analisis Keadaan Lapangan (Force-Field Analysis)
5)      Pendiagraman (Process Charting)
6)      Diagram Arus ( Flouwcharts)
7)      Analisis Pareto (Pareto Analysis)
8)      Pengukuran Kinerja (Benchmarking)
9)      Pemetaan Arah (Career Path-Mapping)
E. Strategi Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan Melalui MPMBS
MPMBS adalah sebuah singkatan dari Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, yaitu sebagai model desentralisasi dalam bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam konteks penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS  dijadikan sebagai suatu kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Umaedi (1999:2-3) mengungkapkan bahwa ada dua hal yang menjadi landasan mengapa peningkatan mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan MPMBS, yaitu: “Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar pada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lemabaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input output yang diperkenalkan oleh teori “education production function. Tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah) melainkan hanya terjadi dalam  situasi ekonomi dan industri. Kedua pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro –oriented, diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah) kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat”.
Lebih lanjut, Umaedi mengungkapkan bahwa konsep MPMBS ini berasal dari pengembangan konsep yang menawarkan kerjasama  yang erat antara tiga pihak yang terkait dengan penyelenggaraan persekolahan, yaitu sekolah masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing. MPMBS ini berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dandinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaansumber daya sekolah yang ada. Apabila ditelusuri secara historis, MPMBS ini berasal dari pengembangan konsep effective school yang intinya adalah melakukan perbaikan proses pendidikan (PMB) di sekolah. Orientasi manajemen dalam MPMBS dapat ditelusuri pada indikator:
1.                  lingkungan sekolah yang aman dan tertib
2.                  sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai
3.                  sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
4.                  adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainya termasuk siswa yang berprestasi
5.                  adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuaituntutan IPTEK
6.                  adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatn hasilnyauntuk penyempurnaan/perbaikan mutu
7.                  adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orangtua, murid atau masyarakat.
Untuk menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan menurut Joseph C. Field yaitu,
1.      Mempelajari dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh.
2.      Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus.
3.      Menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu.
4.      Membangun sistem mutu terpadu.
5.      Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan.
6.      Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan.
7.      Memilih dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan.
8.      Tetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya.
9.      Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pemimpin yang akan menggunakannya.
10.  Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan danaplikasi pengetahuan yang amat luas.







BAB III
PENUTUP

1.  Dalam Manajemen mutu terpadu harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang manajer pendidikan yaitu kepala sekolah/ madrasah, pimpinan pesantren, rektor, atau direktur adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
2.  Faktor penting lain dalam manajemen mutu terpaduyang tidak boleh ditinggalkan adalah pengakuan terhadap berbagai potensi guru atau pegawai untuk diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim yang kondusif, serta melakukan pekerjaan secara kreatif dengan membiarkan pagawai untuk mencoba ide-ide baru, meskipun ide tersebut belum pernah dipertimbangkan atau sebelumnya ditolak.
3.  Tim kerja sama modal utama untu meraih mutu. Mereka perlu saling mendorong atau melakukan sinergi dari semua personal yang bekerja bekerja sama dalam bidang akademik dan bidang pendukung lainnya, seperti Tim pengajar dll.
4.  Para pendidik seharusnya mempelajari bagaimana menggunakan dan mengoptimalkan strategi dasar agar dapat berhasil melakukan perbaikan mutu lulusan dan pelayanan di sekolah. Alat-alat dan teknik mutu berarti mengenali penyelesaian masalah secara kreatif. Salah satu kekuatan dari manajemen mutu terpadu adalah menyediakan peluang bagi penggunaan alat-alat dalam penerapannya sesuaikonsep dan dengan penggunaan yang teratur.
5.  MPMBS adalah sebuah singkatan dari Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, yaitu sebagai model desentralisasi dalam bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,Bandung, Refika Aditama, ,2008 .
2.      Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Erlangga, tt.
3.      Tim dosen administrasi Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, Alfabeta, 2009.

4.      Syafarudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar