MAKALAH
KELOMPOK
MANAJEMEN TERPADU MUTU PENDIDIKAN
DISUSUN
GUNA MEMENUHI TUGAS PERKULIAHAN
MATA
KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN
Dosen
Pengampu: Wignyo Adiwibowo, M.Pd
Disusun Oleh:
1. Maesaroh
Khayati (40212116)
2. Farah
Siska Lukanti (40212126)
3. Gita
Purnama (40212111)
4. Liliana
Astari (40212144)
5. Nia
Faoziatin Fajri (40212129)
6. Devie
Aryani (40212134)
7. Ninik
Restu Handayani (40212112)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP
ISLAM BUMIAYU
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena limpahan rahmat-Nya kami diberi kesehatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Makalah yang berjudul “Manajemen Terpadu Mutu Pendidikan”
merupakan aplikasi dari kami. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut
juga untuk memberikan pengetahuan tentang “Manajemen Terpadu Mutu Pendidikan”.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan
sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
memberi wawasan ataupun menjadi referensi kita dalam mengetahui dan mempelajari
tentang “Manajemen Terpadu
Mutu Pendidikan”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Bumiayu, 25
Desember
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manajemen
mutu yang populer disebut dengan Total Quality Management (TQM) adalah suatu
cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan
operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia sementara Ross
dalam William Mantja sebagaimana yang dikutib oleh Marno dan Triyo Supriyatno
mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam
organisasi untuk memperolehdan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas
barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuannya adalah
kepuasan konsumen atau pelanggan.
Jadi
Manajemen Peningkatan mutu menurut William adalah sekumpulan prinsip dan teknik
yang menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan
untuk secara terus menerus dan
berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta
didik dan masyarakat .Dari definisi diatas maka dapat ditarik benang merah
bahwa dalam Manajemen pengembangan mutu terkandung upaya:
1. Mengendalikan
proses yang berlangsung dilembaga pendidikan atau sekolah baik kurikuler maupun
administrasi.
2. Melibatkan
proses diagnosis
3. Peningkatan
mutu harus didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif
4. Peningkatan
mutu harus terus menerus dan berkesinambungan
5. Peningkatan
mutu harus memberdayakan dan melibatkansemua unsur yang ada dilembaga
pendidikan
6. Peningkatan
mutu memiliki prinsip yang menyatakan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan
peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Dalam
beberapa tahun terakhir ini dalam dunia pendidikan dikenal beberapa istilah
untuk peningkatan mutu antara lain SBM (Based School Management), LBM (local Based Management) SBM (Side Based
management) SOM (School Otonomi Management), dan saat ini yang sedang
digalakkan di Indonesiaadalah MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), MPBS (Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) serta MBM ( Manajemen Berbasis Madrasah). Ketiga
istilah tersebut sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1997/1998.
Permasalahan
mutu didalam lemabaga pendidikan Islam merupakan permasalahan yang paling
serius dan paling kompleksrata-rata lembaga pendidikan Islam belum berhasil
merealisasikan mutupendidikannya. Padahal mutu pendidikan itu menjadi cita-cita
bersama seluruh pemikir dan praktisi pendidikan Islam. Bahkan telah diupayakan
melalui berbagai cara, metode, pendekatan, strategi dan kebijakan. Ada apa
sebenarnya dengan mutu pendidikan sehingga banyak menghabiskan energi tetapi
hasilnyabelum riil dan proporsional? Untuk menjawabnya dibutuhkan analisis
manajemen komponen mutu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka rumusan masalah yang penulis
kemukakan adalah:
1. Kepemimpinan
untuk Mutu Pendidikan
2. Pemberdayaan
Guru
3. Kelompok
Kerja untuk Meraih Mutu
4. Alat
dan Teknik Perbaikan Mutu
5. Strategi
Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui apa peran pemimpin dalam perbaikanmutu
2. Untuk
mengetahui bagaimana memberdayakan guru untuk peningkatan mutu
3. Untuk
Mengetahui bagaimana membentuk kelompok
kerja guru untuk peningkatan mutu
4. Untuk
mengetahui alat
dan teknik yang bisa
digunakan dalam perbaikan mutu.
5. Untuk
mengetahui Strategi Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan untuk Mutu
Pendidikan
Manajemen
mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu
untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana
ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Manajemen mutu dilakukan secara
menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses, output, dan outcome. Dilakukan
secara berkelanjutan menunjukkan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian
kerja keseharian, bukan sesuatu yang bersifat
temporal (sewaktu-waktu).
Dalam
konteks outcome (dampak) dikenal dengan istilah layanan purna jual. Dalam dunia
pendidikan, layanan purna jual ini terkait dengan keterlibatan alumni dalam pengelolaan dan pengembangan
sekolah. Semua komponen sistem organisasi diposisikan sebagai bagian untuk
menjamin mutu dan disinergikan melalui kepemimpinan mutu.
Para
ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertian TQM (Total Quality
Management). Dikemukakan Edward Sallis bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which
assist institutions to manage change and to set their own agendas for dealing
with the plethoraof new external pressures”. Pendapat diatas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu
merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi,
terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing
untuk menanggapi tekanan- tekanan faktor eksternal.
Dalam
konteks ini,
organisasi harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen
untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang
manajer pendidikan yaitu kepala sekolah/ madrasah, pimpinan pesantren, rektor,
atau direktur adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga
pendidikan yang dipimpinnya menjelaskan: “Without
quality leadership and skillful management
and on going support for their leaders, those lower in the organization
become disillusioned in time, cease to continue the change effort.” Upaya memperbaiki kualitas dalam satu
organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif.
Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya
benar-benar berkwalitas atau unggul.
Kepemimpinan
penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah
hanya akan maju bila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki
ketrampilan manajerial, serta integritas kepribadian dalam melakukan perbaikan
mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai dengan
iklim organisasinya.
Untuk
menciptakan sekolah yang fungsional dan efektif dalam mencapai harapan
pelanggan, maka perlu diciptakan hal-hal yang baru dalam organisasi pendidikan,
baik dalam hal pilihan metode pengajaran, pembiayaan yang efektif, penggunaan
alat teknologi pengajaran yang baru, materi pengajaran yang bermutu tinggi, dan
kemampuan menciptakan dan menawarkan lulusan. Para pimpinan lembaga pendidikan
yang ingin mengarahkan organisasinya ke dalam era baru memerlukan pengertian
akan dinamika perubahan dan mengelola perubahan itu sendiri. Untuk mewujudkan
perubahan organisasi dalam manajemen mutu terpadu, pendidikan sangat tergantung
pada evektifitas kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian mutu lulusan
dan pelayanan pelanggan yang terbaik.
1.
Hakekat
kepemimpinan
Menurut
Allan Tucker mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau
mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk
mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Intinya
kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan
pekerjaan dengan sukarela dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam
kepemimpinan itu terdapat unsur pemimpin (leader), anggota (followers), dan
situasi (situation), tertentu.
Kepemimpinan
merupakan konsep hubungan (relation concept) manusia dalam spektrum luas yang
esensinya bertumpupada kemampuan mempengaruhi seseorang atau orang lain sejalan
dengan itu.dikemukakan juga oleh Kouzes dan posner “ Leadership is a relationship,
one between constituent and leader that is based in mutual needs and interest”.
Sebagai hubungan antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin maka
kepemimpinan berlangsung atas dasar adanya hubungansaling membutuhkan dan minat
yang sama dalam rangka mencapai tujuan. Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung
dimana saja, karena kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk
melakukan sesuatu dalam rangka mencapai maksud tertentu.
2.
Kepemimpinan
Pendidikan (Educational leadership)
Sebuah
organisasi hanya akan bergerak jika kepemimpinan yang ada di dalamnya berhasil
dan efektif. Demikian pula halnyasebuah gerakan mutu (quality movement) pada
lembaga pendidikan atau penciptaan kultur mutu dalam mengantisipasi tantangan
perubahan eksternal di sekolah diperlukan suatu kepemimpinan efektif untuk
meraih mutu pendidikan. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, yang dimaksud
pemimpin adalah semua orang yang bertanggung jawab dalam proses perbaikan yang
berada pada semua level kelembagaan pendidikan. Para pemimpin pendidikan harus
memilki komitmen terhadap perbaikan mutu dalam fungsi utamanya. Oleh karena
itu, fungsi dari kepemimpinan pendidikan haruslah tertuju pada mutu belajar
serta semua staflain yang mendukungnya. Keberadaan anggota atau staf adalah
juga penting dalam organisasi. Kouzes dan Ponser menjelaskan bahwa “
There is no leadership without someone following”. Hal ini berarti
bahwa kepemimpinan organisasi tidak akan berjalan tanpa peran pengikutatau
staf.
Bagaimanapun
juga fungsi kepemimpinan pendidikan merupakan satu dimensi yang paling esensial
untuk melaksanakan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Setiap respon
organisasi terhadap perubahan yang
terjadi melahirkan perubahan kultur mutu, sangat ditentukan oleh kepemimpinan
yang dijalankan para pemimpin lembaga
pendidikan. Oleh karena itu pimpinan lembaga pendidikan menjadi motor
penggerak yang mempengaruhi anggota yaitu para guru dan pegawai agar bekerja
secara sukarela menampilkan kerja tinggi mencapai standar mutu yang diharapkan orang tua, masyarakat,
lapangan kerja, industri dan pemerintah. Struktur organissai di sekolah terdiri
dari:
a. Kepala
Sekolah
b. Tata
Usaha
c. PKS
Kurikulum
d. PKS
Sarana Prasarana
e. PKS
Kesiswaan
f. PKS
Humas
Boleh
dikatakan bahwa kinerja seorang kepala Sekolah sering diukur dari kinerja
bawahannya yaitu guru dan karyawan, karena kinerja para anggota organisasi
sekolah lahir dari ketrampilan dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan demokratis partisipatif dapat mendorong pemberdayaan dan
keterlibatan guru dalam mengambil keputusan
untuk memajukan sekolah. Untuk itu sifat-sifat atau gaya kepemimpinan merupakan syarat penting dalam
menciptakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memperjuangkan mutu
kependidikan. Gaya kepemimpinan adalah mengkomunikasikan visi dan nilai-nilai
organisasi terhadap anggota dan memberikannya diantara staf dan pelanggan
dalampengalaman pelayanan yang mereka berikan.
3.
Peran
Pemimpin Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan
pendidikan adalah proses mempengaruhi
semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas belajar mengajar
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan disekolah. Peran kepemimpinan lembaga pendidikan dilaksanakan
oleh rektor untuk mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan pada
sekolah-sekolah, banyak komponen yang harus diperhatikan. Komponen tersebut
mencakup kepemimpinan, pendidikan dan latihan, iklim organisasi, fokus
pelanggan, metode ilmiah dan alat-alatnya, data yang bermakna serta tim
penyelesaian masalah. Semua komponen ini hanya akan berfungsi dengan baik saat
kepemimpinan sebagai faktor pertama dari peluan dan implementasi TQM pada
setiap sekolah. Tanpa kepemimpinan, maka komponen lain tidak akan berarti,
bahkan tidakterwujud.
Menurut
Sallis, ada beberapa peranan utama pemimpin pendidikan dalam mengembangkan
kultur (budaya) mutu, yaitu:
1. Memiliki
visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagiorganisasinya,
2. Memiliki
komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu
3. Mengkomunikasikan
pesan mutu,
4. Menjamin
bahwa kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan pekerjaan organissai
5. Menjamin
tersediannya saluran yang cukup untuk menampung suara-suara pelanggan
6. Memimpin
pengembangan staf
7. Bersikap
hati-hati untuk tidak menyalahkan orang lain
8. Mengarahkan
inovasi dalam organisasi,
9. Menjamin
bahwa kejelasan struktur organisasi menegaskan tanggung jawab dan memberikan
pendelegasian yang cocok dan maksimal,
10. Memiliki
sikap teguh untuk mengeluarkan penyimpangan dari budaya organisasi
11. Membangun
kelompok kerja aktif, dan
12. Membangun
mekanisme yang sesuai untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan.
Beberapa
isu yang dibuat oleh konferensi dewan mutu pada
Mei 1990 adalah sebagai berikut:
1. A
cultural change requirements through continous improvement (satu perubahan
budaya yang didasarkan pada filosofi manajemensesuai dengan tuntutan pelanggan
melalui perbaikan berkelanjutan).
2. Management
behavior that includes acting as role models, use of quality processes and
tools, encouraging communications, sponsoring feedback activities and a
supporting environment. (perilaku manajemen juga harus berperan sebagai model,
menggunakan alat dan prosesmutu, mendorong komunikasi, mensponsori umpan balik,
dan mendukung lingkungan)
B. Pemberdayaan Guru
Tujuan
utama manajemen Mutu terpadu dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan
secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan mutu
pendidikan yang dimaksudkan tidak
sekaligus, melainkan dituju berdasarkan peningkatan mutu pada setiap komponen pendidikan.
Komponen-komponen
mutu adalah bagian-bagian yang harus ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu.
Bagian-bagian ini merupakan pendukung dan menjadi prasayarat dimilikinya mutu,
beberapa komponen mutu yang dimaksud adalah:
a.
Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu
Tim
Administrasi Pendidikan Universitas PendidikanIndonesia, Manajemen Pendidikan,
Manajer puncak harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan secara terpadu dengan
memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan
mengidentifikasi orang-orang (SDM). Dalam implementasi TQM sebagai kunci proses
manajemen, manajer puncak berperan sebagai penasihat, guru dan pimpinan.
b.
Pendidikan dan pelatihan
Perwujudan
mutu didasarkan pada ketrampilan setiap
pegawai dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasidan
mengembangkan barang/jasa sebagaimana tuntutan pelanggan.
c.
Struktur Pendukung
Manajer
puncak akan memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu
dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu.
d.
Komunikasi
Komunikasi
dalam suatu organissai yang berorientasimutu perlu ditempuh dengan cara yang
bervariasi agar pesan yang dikomunikasikan dapat tersampaikan secara efektif
dan manajer puncak dapat berkomunikasi kepada seluruh pegawai mengenai komitmen
untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu.
e.
Ganjaran dan pengakuan
Tim
dan atau indifidu-individu yang berhasil menerakan prinsip –prinsip mutu harus
diakui dan diberi ganjaran sebagaimana kemampuan organisasi. Faktor penting
lainya yang tidak boleh ditinggalkanadalah pengakuan terhadap berbagai potensi
guru atau pegawai untuk diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim
yang kondusif, sertamelakukan pekerjaan secara kreatif.
Menurut
Synder dkk, pemberdayaan berarti memberikan pegawai suatu pekerjaan untuk
dilakukan dan kebebasan bagi merekauntuk melakukannya secarakreatif Itu berarti
membiarkan pagawai untuk mencoba ide-ide baru, meskipun ide tersebut belum
pernah dipertimbangkan atau sebelumnya ditolak. Kepala sekolah harus berani mengambil
resiko besar menyediakan iklim
organisasi kepada guru.
Dalam
konteks manajemen mutu terpadu pendidikan islam, pemberdayaan guru termasuk
pegawai, salah satunya melalui pembgaian tanggung jawab. Di sini jelas bahwa
keberadaan guru sebagai staf dalam
proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga pendidikan menjadi salah satu
pilar kepemimpinan pendidikan. Pencapaian tujuan mutu akan dapat diwujudkan
jikamenggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, memfokuskan pada pengguna/ pelanggan (costumer focus); kedua,
peningkatan kualitas pada proses (process improvement); ketiga, melibatkan
semua komponen pendidikan (total involvement).
C. Kelompok Kerja Untuk Meraih Mutu
Tim
kerja sama modal utama untu meraih mutu. Mereka perlu saling mendorong atau
melakukan sinergi dari semua personal yang bekerja bekerja sama dalam bidang
akademik dan bidang pendukung lainnya,seperti Tim pengajar. Berkaitan dengan
pentingnya tim dalam penerapan manajemen mutu terpadu untuk mengejar mutu
pendidikan, maka beberapa langkah yang harus dilalui dalma membentuk tim kerja
perbaikan mutu adalah sebagai berikut:
Fase pertama: Pembentukan tim
(forming)
Pada
fase ini adalah membentuk tim yang merupakan
sekumpulan orang dengan persepsi sendiri-sendiri terhadap tim.
Fase kedua: Penggugahan (storming)
Pada
fase ini, anggota tim menganalisis tugas yangdimandatkan kepada tim secara
lebih terarah dengan memperhatikan situasi lingkungan yang ada dengan memahami
spektrum tugas ini.
Fase ketiga: Penetapan norma atau
tata kerja (norming)
Penetapan
aturan kerja tim yang dilakukan agar dapat diketahui dan dihormati oleh anggota
tim merupakan langkah lanjutan.
Fase keempat:Melakukan kegiatan
(performing)
Pada
tahap ini tim mulai melakukan pekerjaan Salah satu aplikasi tim kerja sama adalah
dibentuknya gugus kendali mutu (quality circles). Adapun gugus kendali mutu
adalah sekelompok kecil yang didasarkan atas kepercayaan bersama, sukarela
melaksanakan pengawasan mutu di tempat kerja, serta menggunakan metode dan
teknik perbaikan produk dan proses dalam suasana kerja yang kondusif.
D. Alat dan Teknik Perbaikan Mutu
Para
pendidik seharusnya mempelajari bagaimana menggunakan dan mengoptimalkan
strategi dasar agar dapat berhasil melakukan perbaikan mutu lulusan dan
pelayanan di sekolah. Alat-alat dan teknik mutu berarti mengenali penyelesaian
masalah secara kreatif. Salah satu kekuatan dari manajemen mutu terpadu adalah
menyediakan peluang bagi penggunaan
alat-alat dalam penerapannya sesuai konsep dan dengan penggunaan yang
teratur. Beberapa alat yang dapat digunakan dalam perbaikanmutu pendidikan
menurut Edward Sallis adalah:
1) Gugah
Pikiran (Brain storming)
2) Jaringan
Kerja Kemiripan (Affinity Network)
3) Diagram
Tulang Ikan (Fishbone Diagram or Ishikawa)
4) Analisis
Keadaan Lapangan (Force-Field Analysis)
5) Pendiagraman
(Process Charting)
6) Diagram
Arus ( Flouwcharts)
7) Analisis
Pareto (Pareto Analysis)
8) Pengukuran
Kinerja (Benchmarking)
9) Pemetaan
Arah (Career Path-Mapping)
E. Strategi Implementasi Manajemen
Mutu Pendidikan Melalui MPMBS
MPMBS
adalah sebuah singkatan dari Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, yaitu
sebagai model desentralisasi dalam bidang pendidikan, khususnya untuk
pendidikan dasar dan menengah diyakini sebagai model yang akan mempermudah
pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam
konteks penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu kebijakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Umaedi (1999:2-3) mengungkapkan bahwa ada dua hal
yang menjadi landasan mengapa peningkatan mutu pendidikan di Indonesia harus
dilakukan dengan menggunakan pendekatan MPMBS, yaitu: “Pertama strategi
pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang
demikian lebih bersandar pada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan
telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar
lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan
lainnya, maka secara otomatis lemabaga pendidikan (sekolah) akan dapat
menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.
Ternyata strategi input output yang diperkenalkan oleh teori “education
production function. Tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah)
melainkan hanya terjadi dalam situasi
ekonomi dan industri. Kedua pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat
macro –oriented, diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat. Akibatnya
banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak terjadi atau
tidak berjalan sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah) kompleksitasnya
cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh
dan akurat oleh birokrasi pusat”.
Lebih
lanjut, Umaedi mengungkapkan bahwa konsep MPMBS ini berasal dari pengembangan
konsep yang menawarkan kerjasama yang
erat antara tiga pihak yang terkait dengan penyelenggaraan persekolahan, yaitu
sekolah masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing. MPMBS
ini berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada
sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dandinamis dalam rangka proses
peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaansumber daya sekolah yang ada.
Apabila ditelusuri secara historis, MPMBS ini berasal dari pengembangan konsep
effective school yang intinya adalah melakukan perbaikan proses pendidikan
(PMB) di sekolah. Orientasi manajemen dalam MPMBS dapat ditelusuri pada
indikator:
1.
lingkungan sekolah yang aman dan tertib
2.
sekolah memiliki misi dan target mutu
yang ingin dicapai
3.
sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
4.
adanya harapan yang tinggi dari personel
sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainya termasuk siswa yang berprestasi
5.
adanya pengembangan staf sekolah yang
terus menerus sesuaituntutan IPTEK
6.
adanya pelaksanaan evaluasi yang terus
menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatn
hasilnyauntuk penyempurnaan/perbaikan mutu
7.
adanya komunikasi dan dukungan intensif
dari orangtua, murid atau masyarakat.
Untuk
menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan menurut Joseph C. Field
yaitu,
1. Mempelajari
dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh.
2. Memahami
dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus.
3. Menilai
jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu.
4. Membangun
sistem mutu terpadu.
5. Mempersiapkan
orang-orang untuk perubahan.
6. Mempelajari
teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan.
7. Memilih
dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan.
8. Tetapkan
prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya.
9. Menciptakan
komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pemimpin yang akan
menggunakannya.
10. Memelihara
jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan danaplikasi pengetahuan yang amat luas.
BAB III
PENUTUP
1. Dalam Manajemen mutu terpadu harus memiliki
pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan
yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang manajer pendidikan yaitu
kepala sekolah/ madrasah, pimpinan pesantren, rektor, atau direktur adalah
bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan yang
dipimpinnya.
2. Faktor penting lain dalam manajemen mutu
terpaduyang tidak boleh ditinggalkan adalah pengakuan terhadap berbagai potensi
guru atau pegawai untuk diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim
yang kondusif, serta melakukan pekerjaan secara kreatif dengan membiarkan
pagawai untuk mencoba ide-ide baru, meskipun ide tersebut belum pernah
dipertimbangkan atau sebelumnya ditolak.
3. Tim kerja sama modal utama untu meraih mutu.
Mereka perlu saling mendorong atau melakukan sinergi dari semua personal yang
bekerja bekerja sama dalam bidang akademik dan bidang pendukung lainnya,
seperti Tim pengajar dll.
4. Para pendidik seharusnya mempelajari
bagaimana menggunakan dan mengoptimalkan strategi dasar agar dapat berhasil
melakukan perbaikan mutu lulusan dan pelayanan di sekolah. Alat-alat dan teknik
mutu berarti mengenali penyelesaian masalah secara kreatif. Salah satu kekuatan
dari manajemen mutu terpadu adalah menyediakan peluang bagi penggunaan
alat-alat dalam penerapannya sesuaikonsep dan dengan penggunaan yang teratur.
5. MPMBS adalah sebuah singkatan dari Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, yaitu sebagai model desentralisasi dalam
bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini
sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks
penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu
kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marno
dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,Bandung, Refika
Aditama, ,2008 .
2. Mujamil
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Erlangga, tt.
3. Tim
dosen administrasi Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, Alfabeta, 2009.
4. Syafarudin,
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar