Senin, 01 Oktober 2018

MAKALAH KELOMPOK
URGENSI KEGIATAN PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS PERKULIAHAN
MATA KULIAH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
Dosen Pengampu: Eko Sulistyasih, S.Pd, M.M


Disusun Oleh:
1. Riva Azizah                       (40212095)
2. Agung Setiawan                (40212104)
3. Matsna Syarifah                (40212110)
4. Irma Soviana Ulfa             (40212113)
5. Lukman                             (40212114)
6. Maesaroh Khayati                        (40212116)
7. Lina Agustina                    (40212133)
8, Fitria Permatasari             (40212136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami diberi kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Pendidikan Kepramukaan oleh dosen pengampu Bu Eko Sulistyasih, S. Pd, M.M.
Makalah yang berjudul ‘Urgensi Kegiatan Pramukaan Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik’ merupakan aplikasi dari kami. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan pengetahuan tentang Urgensi Kegiatan Pramukaan Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.
Dalam makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan ataupun menjadi referensi kita dalam mengetahui dan mempelajari tentang Urgensi Kegiatan Pramukaan Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.





Bumiayu, 11 Maret 2014





BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter saat ini menjadi fokus program Kementerian Pendidikan Nasional. Di setiap kesempatan Menteri Pendidikan yang selalu mengemukakan, agar pendidikan karakter diberikan sejak usia dini. Mengapa demikian? Karena saat ini banyak kasus yang melibatkan anak negeri ke arah perpecahan bangsa, mulai dari korupsi, tidak menghargai nyawa orang lain, tidak menghargai orang tua, tidak disiplin, makelar kasus, video porno  serta  kasus  lainnya yang sudah keluar dari karakter Bangsa Indonesia, yang dikenal ramah tamah, gotong royong, menghargai orang lain. Tentu ada yang belum sesuai dengan proses pendidikan selama ini, di sisi lain untuk membangun karakter bangsa yang beradab jalan yang efektif adalah melalui proses pendidikan.
Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan. Maka dari itu, pramuka sebagai  salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar sangat relevan dengan pendidikan karakter bangsa terbukti dengan kesamaan nilai-nilai pendidikan karakter dengan nilai-nilai kepramukaan, sehingga sangat tepat bila melalui pramuka pendidikan karakter dapat dibentuk. 



BAB II
PEMBAHASAN’

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter terdiri dari dua kalimat, yaitu pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Sedangkan karakter yaitu watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Maka pendidikan karater yaitu proses pewarisan budaya pada generasi muda untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
B. PENGERTIAN GERAKAN PRAMUKA
Unsur di dalam pendidikan nonformal adalah pendidikan kepemudaan. Unsur yang ada di dalam pendidikan kepemudaan adalah Gerakan Pramuka.  Dalam UU No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa gerakan pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Gerakan pramuka merupakan wadah pendidikan generasi muda usia 7–25 tahun, yang mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai dengan Dasa Dharma dan Tri Satya.
C. TUJUAN GERAKAN PRAMUKA
Tujuan dari Gerakan Pramuka untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,  menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari gerakan pramuka sejalan dengan fokus pendidikan karakter yang menjadi program utama Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, di kepramukaan dengan menggunakan 10 pilar yang  menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standar tingkah laku pramuka di masyarakat. 10 pilar tersebut bernama Dasa Dharma, yaitu:
  1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
  3. Patriot yang sopan dan kesatria.
  4. Patuh dan suka bermusyawarah.
  5. Rela menolong dan tabah.
  6. Rajin,terampil dan gembira.
  7. Hemat,cermat dan bersahaja.
  8. Disiplin, berani dan setia.
  9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya dan
  10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dalam mengimplemasikan 10 pilar tersebut, antara anggota penggalang, penegak dan pandega hingga anggota dewasa disesuaikan dengan perkembangan rohani dan jasmani. Sedangkan untuk  anggota siaga pilar yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter melalui  Dwi darma, yang berbunyi sebagai berikut “ Siaga itu menurut ayah dan bundanya, serta siaga itu berani dan tidak putus asa”.  Mengingat usia siaga masih senang dengan bermain, maka dalam menanamkan norma pramuka melalui media permainan dan visual serta contoh dari ayah dan ibundanya.
Setiap item dalam sepuluh pilar  tersebut dijabarkan dalam  satuan kecakapan khusus (SKK) yang menjadi alat  untuk mengetahui perkembangan kemampuan dan keterampilan dalam menerapkan norma-norma yang ada. Bila anggota pramuka usia 11 hingga 25 tahun mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pilar norma yang ada, tentunya akan menjadi kebanggaan bagi peserta didik itu sendiri. Sedangkan anggota  dewasa menjadi  pembimbing  dan memantau dalam menghayati dan melaksanakan di kehidupan sehari-hari. Tidak setiap anggota dewasa diperbolehkan menjadi pembimbing langsung anggota pramuka usia 7 s.d 25 tahun, karena pembimbing merupakan harus menjadi contoh bagi adik didiknya. Untuk itu anggota pramuka dewasa yang diijinkan menjadi pembina/pembimbing  sudah menyelesaikan pelatihan kursus pembina pramuka mahir dasar (KMD) serta KML. Dengan harapan adanya persepsi yang sama di seluruh Indonesia tentang tata cara penanaman dan penumbuhan karakter bangsa melalui kepramukaan sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan.
D. URGENSI KEGIATAN PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
Semua orang sudah tahu bahwa dalam perkembangan zaman saat ini, pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Terutama pembelajaran anak sekolah dasar yang pada dasarnya sedang mengalami perkembangan kecerdasan secara pesat baik emosional maupun intelektualnya. Oleh karena itu, untuk menanggulangi adanya pengaruh yang negatif dalam perkembangan kecerdasannya dibutuhkan suatu pendidikan karakter yang tepat.
Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat menjadi sarana seorang guru  untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang berpengaruh dalam pendidikan karakter siswanya. Karena kegiatan belajar mengajar saat ini lebih mengedepankan peningkatan  kecerdasan siswa dalam menguasai materi pembelajaran dan kurang mengedepankan dalam pendidikan karakter siswanya. Melalui kegiatan pramuka tersebut diharapkan siswa sekolah dasar dapat terdidik karakternya menuju ke arah yang lebih positif dan dapat menerapkan nilai nilai luhur kepramukaan dalam kehidupan sehari. Oleh karena itu kegiatan pramuka di sekolah dasar dapat menjadi suatu sarana dalam mendidik karakter siswa.
Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran yang besar dalam pendidikan karakter generasi muda. Pendidikan karakter dari Pramuka itu diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan di alam terbuka. Sehingga kegiatan Pramuka menjadi menarik dan menyenangkan. Tetapi tetap berpegang teguh pada metode kepramukaan. Kegiatan-kegiatan menarik dalam pramuka yang berada di alam terbuka misalnya yaitu: wide game, berkemah, api unggun dll.
Semua kegiatan kepramukaan sangat memberi manfaat bagi pendidikan karakter peserta didik. Peserta didik dapat bekerja sama satu sama lain dalam memecahkan persoalan,mempunyai jiwa tolong menolong, menambah keberanian dan percaya diri dan pramuka juga dapat melatih peserta didik untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin. Oleh karena itu kegiatan pramuka di sekolah dasar sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter siswa sekolah dasar.
“The individual is educated by the way he spends his time and the situations into which he is put, or into which he accidentially falls.”
Kalimat ini ditulis oleh Taylor yang dikutip oleh Henry. Kalimat ini mengandung pengertian bahwa setiap individu mendapat pendidikan melalui cara saat ia meluangkan waktunya dan situasi ketika ia dilibatkan, atau dalam peristiwa yang seketika dialaminya. Apabila ditelaah lebih jauh, dari perspektif pendidikan karakter, apa yang ditulis Taylor dapat diartikulasikan ke dalam tiga lingkup pendidikan karakter.
Pertama, pendidikan karakter adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan nilai-nilai edukatif, baik yang tercakup dalam manajemen pendidikan maupun dalam kurikulum pendidikan. Dari hal yang paling luas sampai yang paling sempit. Cara dapat diwakili oleh pencapaian visi dan misi untuk pengembangan nilai, moral, etika, dan estetika sebagai keseluruhan dimensi pendidikan, sampai pada tindakan guru dalam melakukan penyadaran nilai-nilai pada peserta didik.
Kedua, pendidikan karakter adalah situasi yang berpengaruh terhadap perkembangan pengalaman dan kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman, harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana bemusuhan, semrawut, acuh tak acuh, dan sebagainya. Semua situasi pendidikan tersebut berpengaruh terhadap pengembangan kesadaran moral siswa, karena hal itu melibatkan pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka.
Ketiga, pendidikan karakter adalah peristiwa seketika yang dialami peserta didik. Artinya pendidikan nilai berlangsung melalui sejumlah kejadian yang tidak terduga, seketika, sukarela, dan spontanitas. Semua tidak direncanakan sebelumnya, tidak dikondisikan secara sengaja dan dapat terjadi kapan saja. Penggalan-penggalan peristiwa seperti itu merupakan hidden curriculum yang dalam kasus pengalaman tertentu, dapat berupa suatu kejadian kritis, (critical incident) yang mampu mengubah tatanan nilai dan perilaku seseorang (peserta didik).
Tiga lingkup pendidikan karakter yang diuraikan di atas memberikan gambaran bahwa proses belajar pada peserta didik melibatkan semua cara, kondisi, dan peristiwa pendidikan. Karenanya, jika hanya mengandalkan penyadaran karakter melalui kegiatan intrakurikuler, pendidikan karakter tidak menjamin berlangsung secara optimal. Bahkan jika dihitung, jumlah waktu tatap muka yang dgunakan secara efektif untuk mengembangkan pengalaman otentik yang bernilai, jumlah waktu efektif itu dapat dipastikan kurang dari jumlah waktu efektif di luar kelas. Kesadaran nilai dan internalisasi nilai adalah dua proses pendidikan karakter yang terkait langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang. Karena itu, peserta didik membutuhkan keterlibatan langsung dalam cara, kondisi, dan peristiwa pendidikan di luar jam tatap muka di kelas atau sering disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan dalam beragam cara dan juga isi. Penyelenggaraan kegiatan yang memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah, pada gilirannya menuntut pimpinan sekolah, guru, peserta didik, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk secara kreatif merancang sejumlah kegiatan sebagai muatan kegiatan ekstrakurikuler.
Ada tujuh kegiatan yang dapat dirancang oleh guru atau pembina pramuka untuk mengintegrasikan gagasan pendidikan karakter ke dalam pendidikan kepramukaan, antara lain:
1.      Program Keagamaan
Program ini bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral beragama peserta didik. Dalam konteks pendidikan nasional, hal itu dapat dikembangkan sesuai dengan jenis kegiatan yang terdapat dalam lampiran Kepmen Diknas No. 125/U/2002 antara lain: pesantren kilat, tadarus, sholat berjamaah, sholat tarawih, latihan dakwah, baca tulis al-Qur’an, pengumpulan zakat dan lain-lain. Atau melalui program keagamaan yang secara terintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: seminar, dll.
2.      Pelatihan Profesional
Pelatihan profesional yang ditujukan kepada pengembangan kemampuan nilai tertentu bermanfaat bagi peserta didik dalam pengembangan keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya: aktivitas jurnalistik, kaderrisasi kepemimpinan, pelatihan menejemen dan kegiatan sejenis yang membekali kemampuan professional peserta didik.
3.      Organisasi Siswa
Organisasi siswa dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup berorganisasi, fungsinya sebagai hawana pembelajaran nilai dalam berorganiasasi.
4.      Rekreasi Dan Waktu Luang
Rekreasi dapat membimbing siswa untuk penyadaran nilai kehidupan manusia, alam, bahkan Tuhan. Rekreasi tidak hanya sekedar hanya berkunjung pada suatu tempat yang indah atau unik, tetapi dalam kegiatan ini perlu dikembangkan cara-cara menulis laporan singkat, tentang apa yang disaksikan untuk kemudian dijadikan bahan diskusi di kelas. Demikian pula waktu luang perlu diiisi dengan kegiatan olahraga atau hiburan yang dikelola dengan baik.
5.      Kegiatan Kultural Atau Budaya
Kegiatan kultural adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyadaran peserta didik terhadap  nilai-nilai budaya. Kegiatan orasi seni, kursus seni, kunjungan ke museum, kunjungan kecandi atau tempat-tempat bersejarah lainnya merupakan program kegiatan ekstrakulikuler yang dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan ini pun sebaiknya disiapkan secara matang, sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terdapat kebudayaan sendiri.
6.      Program Perkemahan
Kegiatan ini mendekatkan peserta didik dengan alam karena itu, agar kegitan ini tidak hanya sekedar hibungan atau menginap dialam terbuka, sejumlah kegiatan seperti perlombaan olahraga kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberaniaan, dan penyadaraan spiritual merupakan jenis kegiatn yang dapat dikembangkan selama program perkemahan.
7.      Program Live In Exposure
Live in exposure adalah program yang sengaja dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyingkap nilai-nilai yang berkembang di masyarakat peserta didik itu serta kehidupan masyarakat untuk beberapa lama. Mereka aktif mengamati, melakukan wawancara dan mencacat nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, kemudian menganalisis nilai-nilai itu dalam kaitannya dengan kehidupan di sekolah.
Selama ini masyarakat memandang ekstrakurikuler pramuka sebagai kegiatan yang kuno. Kegiatan ini mengajarkan penggunaan semaphore, morse dan sandi rumput sebagai alat komunikasi alternative di tengah canggihnya alat teknologi seperti handphone dan I-Pad. Kegiatan pramuka mewajibkan peserta didik untuk berkemah di hutan di saat banyaknya agen pariwisata dan vila-vila yang menawarkan harga murah. Selain kuno, kegiatan pramuka di sekolah juga dicap sebagai gerakan yang monoton dan membosankan. Yang diajarkan hanyalah baris-berbaris, tepuk-tepuk dan bernyanyi saja sehingga pesertanya mudah bosan dan meninggalkan kegiatan pramuka di sekolah.
Itulah problem nyata yang menimpah kegiatan pramuka di sekolah dan di masyarakat. Seandainya saja Pembina mau dan mampu berkomitmen untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan pramuka dengan melaksanakan ketujuh program di atas maka problem-problem tersebut tidak akan muncul. Dan kini merupakan momentum yang tepat untuk melaksanakannya sebagai perwujudan dari gagasan pendidikan karakter agar tujuan dari pendidikan karakter dapat tercapai, dan mempunyai pengaruh terhadap belajar peserta didik.















BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Saat ini bangsa Indonesia telah mengalami degradasi moral. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter. Akibatnya sering terjadi konflik antar warga, korupsi merajalela, pelecehan seksual, tawuran antar pelajar dan berbagai penyimpangan yang mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi kurang kondusif.
Tujuh kegiatan yang dapat dirancang oleh guru atau pembina pramuka untuk mengintegrasikan gagasan pendidikan karakter ke dalam pendidikan kepramukaan, antara lain:
  1. Program keagamaan
  2. Pelatihan profesional
  3. Organisasi siswa
  4. Rekreasi dan waktu luang
  5. Kegiatan kultural
  6. Program perkemahan
7.      Program live in exposure
Tiga lingkup pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Taylor yang dikutip oleh Henry, antara lain:
  1. Pendidikan karakter adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan nilai-nilai edukatif.
  2. Pendidikan karakter adalah situasi yang berpengaruh terhadap perkembangan pengalaman dan kesadaran nilai pada peserta didik.
  3. Pendidikan karakter adalah peristiwa seketika yang dialami peserta didik.
Pendidikan karakter memang sangat penting bagi perkembangan kepribadian peserta didik, terutama siswa sekolah dasar yang pada dasarnya sedang mengalami perkembangan kecerdasan baik emosional maupun intelektual dengan sangat pesat. Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat dijadikan sarana untuk mendidik karakter peserta didik karena dalam setiap kegiatan mengandung banyak manfaat yang berguna bagi perkembangan emosi maupun intelektual peserta didik. Sehingga dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Indonesia memiliki kader-kader atau generasi penerus yang berkarakter dan dapat membangun negara ini menjadi lebih baik lagi.
B. SARAN
Sebaiknya pendidikan di negeri ini ditekankan pada pendidikan karakter. Mengingat banyak persoalan yang terjadi di negeri ini disebabkan oleh moral dari bangsa kita yang semakin menurun dari hari ke hari, kita dapat memulai hal tersebut dengan kegiatan pramuka di sekolah dasar. Memang hal tersebut terlihat sepele, namun akan terasa manfaatnya apabila peserta didik telah terjun dalam kehidupan masyarakat.















FOTO ANGGOTA

Rounded Rectangular Callout: Matsna
Syarifah
Rounded Rectangular Callout: Riva
Azizah
                                                                                           
Rounded Rectangular Callout: Lina
Agustina
Rounded Rectangular Callout: LukmanRounded Rectangular Callout: Irma Soviana Ulfa                                                                                      
Rounded Rectangular Callout: Maesaroh
Khayati
                                                                                      
Left Arrow: F i t r i a   P e r m a t a s a r i
DAFTAR PUSTAKA

1.      Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan karakter dan kepramukaan. Yogyakarta: Citra Aji Parama.

2.      Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pramuka. Pengetahuan Online. Halaman Link: http://danielhermawan.blogspot.com/2013/10/pembentukan-karakter-melalui-kegiatan.html