MAKALAH
KELOMPOK
URGENSI KEGIATAN PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
DISUSUN
GUNA MEMENUHI TUGAS PERKULIAHAN
MATA
KULIAH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
Dosen
Pengampu: Eko Sulistyasih, S.Pd, M.M
Disusun
Oleh:
1. Riva Azizah (40212095)
2. Agung Setiawan (40212104)
3. Matsna Syarifah (40212110)
4. Irma Soviana Ulfa (40212113)
5. Lukman (40212114)
6. Maesaroh
Khayati (40212116)
7. Lina Agustina (40212133)
8, Fitria Permatasari (40212136)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP
ISLAM BUMIAYU
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami diberi kesehatan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Pendidikan Kepramukaan oleh dosen pengampu Bu Eko Sulistyasih,
S. Pd, M.M.
Makalah yang berjudul ‘Urgensi Kegiatan Pramukaan Dalam Pembentukan Karakter
Peserta Didik’ merupakan aplikasi dari kami. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan pengetahuan
tentang Urgensi Kegiatan Pramukaan Dalam Pembentukan Karakter
Peserta Didik.
Dalam makalah ini, kami
menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna
perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan ataupun menjadi referensi kita dalam
mengetahui dan mempelajari tentang Urgensi
Kegiatan Pramukaan Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Bumiayu, 11 Maret 2014
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter saat ini menjadi fokus program Kementerian
Pendidikan Nasional. Di setiap kesempatan Menteri Pendidikan yang selalu
mengemukakan, agar pendidikan karakter diberikan sejak usia dini. Mengapa
demikian? Karena saat ini banyak kasus yang melibatkan anak negeri ke arah
perpecahan bangsa, mulai dari korupsi, tidak menghargai nyawa orang lain, tidak
menghargai orang tua, tidak disiplin, makelar kasus, video porno serta
kasus lainnya yang sudah keluar dari karakter Bangsa Indonesia, yang
dikenal ramah tamah, gotong royong, menghargai orang lain. Tentu ada yang belum
sesuai dengan proses pendidikan selama ini, di sisi lain untuk membangun
karakter bangsa yang beradab jalan yang efektif adalah melalui proses
pendidikan.
Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Sehingga pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus
diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan. Maka
dari itu, pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
dasar sangat relevan dengan pendidikan karakter bangsa terbukti dengan kesamaan
nilai-nilai pendidikan karakter dengan nilai-nilai kepramukaan, sehingga sangat
tepat bila melalui pramuka pendidikan karakter dapat dibentuk.
BAB II
PEMBAHASAN’
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter terdiri dari dua kalimat, yaitu pendidikan dan
karakter. Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi
generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di
masa mendatang. Sedangkan karakter yaitu watak, tabiat, akhlak atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap
dan bertindak. Maka pendidikan karater yaitu proses pewarisan budaya pada
generasi muda untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap dan bertindak.
B. PENGERTIAN GERAKAN PRAMUKA
Unsur di dalam
pendidikan nonformal adalah pendidikan kepemudaan. Unsur yang ada di dalam
pendidikan kepemudaan adalah Gerakan Pramuka. Dalam UU No. 12 tahun 2010
tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa gerakan pramuka adalah organisasi
yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Gerakan
pramuka merupakan wadah pendidikan generasi muda usia 7–25 tahun, yang
mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai dengan Dasa
Dharma dan Tri Satya.
C. TUJUAN GERAKAN PRAMUKA
Tujuan
dari Gerakan Pramuka untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki
kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan
lingkungan hidup. Tujuan dari gerakan pramuka sejalan dengan fokus pendidikan
karakter yang menjadi program utama Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, di kepramukaan dengan menggunakan
10 pilar yang menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan mempunyai makna
suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang
tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standar
tingkah laku pramuka di masyarakat. 10 pilar tersebut bernama Dasa Dharma,
yaitu:
- Takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
- Cinta alam dan kasih
sayang sesama manusia.
- Patriot yang sopan
dan kesatria.
- Patuh dan suka
bermusyawarah.
- Rela menolong dan
tabah.
- Rajin,terampil dan
gembira.
- Hemat,cermat dan
bersahaja.
- Disiplin, berani dan
setia.
- Bertanggung jawab
dan dapat dipercaya dan
- Suci dalam pikiran,
perkataan dan perbuatan.
Dalam mengimplemasikan 10 pilar tersebut, antara anggota penggalang,
penegak dan pandega hingga anggota dewasa disesuaikan dengan perkembangan
rohani dan jasmani. Sedangkan untuk anggota siaga pilar yang digunakan
untuk menanamkan pendidikan karakter melalui Dwi darma, yang berbunyi
sebagai berikut “ Siaga itu menurut ayah dan bundanya, serta siaga itu berani
dan tidak putus asa”. Mengingat usia siaga masih senang dengan bermain,
maka dalam menanamkan norma pramuka melalui media permainan dan visual serta contoh
dari ayah dan ibundanya.
Setiap item dalam sepuluh pilar tersebut dijabarkan dalam
satuan kecakapan khusus (SKK) yang menjadi alat untuk mengetahui
perkembangan kemampuan dan keterampilan dalam menerapkan norma-norma yang ada.
Bila anggota pramuka usia 11 hingga 25 tahun mampu menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari pilar norma yang ada, tentunya akan menjadi kebanggaan bagi peserta
didik itu sendiri. Sedangkan anggota dewasa menjadi
pembimbing dan memantau dalam menghayati dan melaksanakan di kehidupan
sehari-hari. Tidak setiap anggota dewasa diperbolehkan menjadi pembimbing langsung
anggota pramuka usia 7 s.d 25 tahun, karena pembimbing merupakan harus menjadi
contoh bagi adik didiknya. Untuk itu anggota pramuka dewasa yang diijinkan
menjadi pembina/pembimbing sudah menyelesaikan pelatihan kursus pembina
pramuka mahir dasar (KMD) serta KML. Dengan harapan adanya persepsi yang sama
di seluruh Indonesia tentang tata cara penanaman dan penumbuhan karakter bangsa
melalui kepramukaan sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan.
D. URGENSI KEGIATAN PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
Semua orang sudah tahu bahwa dalam perkembangan zaman saat ini, pendidikan
karakter sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Terutama
pembelajaran anak sekolah dasar yang pada dasarnya sedang mengalami
perkembangan kecerdasan secara pesat baik emosional maupun intelektualnya. Oleh
karena itu, untuk menanggulangi adanya pengaruh yang negatif dalam perkembangan
kecerdasannya dibutuhkan suatu pendidikan karakter yang tepat.
Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat
menjadi sarana seorang guru untuk
menanamkan nilai-nilai luhur yang berpengaruh dalam pendidikan karakter
siswanya. Karena kegiatan belajar mengajar saat ini lebih mengedepankan
peningkatan kecerdasan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran dan kurang mengedepankan dalam pendidikan
karakter siswanya. Melalui kegiatan pramuka tersebut diharapkan siswa sekolah dasar dapat
terdidik karakternya menuju ke arah yang lebih positif dan dapat menerapkan
nilai nilai luhur kepramukaan dalam kehidupan sehari. Oleh
karena itu kegiatan pramuka di sekolah dasar dapat menjadi suatu sarana dalam
mendidik karakter siswa.
Gerakan Pramuka selaku penyelenggara
pendidikan kepramukaan mempunyai peran yang besar dalam pendidikan karakter
generasi muda. Pendidikan karakter dari Pramuka itu diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan di alam terbuka. Sehingga
kegiatan Pramuka menjadi menarik dan menyenangkan. Tetapi tetap berpegang teguh
pada metode kepramukaan. Kegiatan-kegiatan menarik dalam pramuka yang berada di alam terbuka
misalnya yaitu: wide game, berkemah, api unggun dll.
Semua kegiatan kepramukaan sangat memberi
manfaat bagi pendidikan karakter peserta didik. Peserta didik dapat bekerja sama satu sama
lain dalam memecahkan persoalan,mempunyai jiwa tolong menolong, menambah keberanian dan percaya diri dan pramuka juga dapat melatih peserta didik
untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin. Oleh karena itu kegiatan pramuka di sekolah
dasar sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter siswa sekolah dasar.
“The individual
is educated by the way he spends his time and the situations into which he is
put, or into which he accidentially falls.”
Kalimat
ini ditulis oleh Taylor yang dikutip oleh Henry. Kalimat ini mengandung
pengertian bahwa setiap individu mendapat pendidikan melalui cara saat ia
meluangkan waktunya dan situasi
ketika
ia dilibatkan, atau dalam peristiwa
yang
seketika dialaminya. Apabila ditelaah lebih jauh, dari perspektif pendidikan
karakter, apa yang ditulis Taylor dapat diartikulasikan ke dalam tiga lingkup
pendidikan karakter.
Pertama,
pendidikan karakter adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan
nilai-nilai edukatif, baik yang tercakup dalam manajemen pendidikan maupun
dalam kurikulum pendidikan. Dari hal yang paling luas sampai yang paling
sempit. Cara dapat
diwakili oleh pencapaian visi dan misi untuk pengembangan nilai, moral, etika,
dan estetika sebagai keseluruhan dimensi pendidikan, sampai pada tindakan guru
dalam melakukan penyadaran nilai-nilai pada peserta didik.
Kedua, pendidikan
karakter adalah situasi yang berpengaruh terhadap perkembangan pengalaman dan
kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman,
harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana
yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana
bemusuhan, semrawut, acuh tak acuh, dan sebagainya. Semua situasi pendidikan
tersebut berpengaruh terhadap pengembangan kesadaran moral siswa, karena hal
itu melibatkan pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap,
kesadaran dan keyakinan mereka.
Ketiga, pendidikan
karakter adalah peristiwa seketika yang dialami peserta didik. Artinya
pendidikan nilai berlangsung melalui sejumlah kejadian yang tidak terduga,
seketika, sukarela, dan spontanitas. Semua tidak direncanakan sebelumnya, tidak
dikondisikan secara sengaja dan dapat terjadi kapan saja. Penggalan-penggalan
peristiwa seperti itu merupakan hidden
curriculum yang dalam kasus pengalaman tertentu, dapat berupa suatu
kejadian kritis, (critical incident)
yang mampu mengubah tatanan nilai dan perilaku seseorang (peserta didik).
Tiga
lingkup pendidikan karakter yang diuraikan di atas memberikan gambaran bahwa
proses belajar pada peserta didik melibatkan semua cara, kondisi, dan peristiwa
pendidikan. Karenanya, jika hanya mengandalkan penyadaran karakter melalui
kegiatan intrakurikuler, pendidikan karakter tidak menjamin berlangsung secara
optimal. Bahkan jika dihitung, jumlah waktu tatap muka yang dgunakan secara
efektif untuk mengembangkan pengalaman otentik yang bernilai, jumlah waktu
efektif itu dapat dipastikan kurang dari jumlah waktu efektif di luar kelas.
Kesadaran nilai dan internalisasi nilai adalah dua proses pendidikan karakter
yang terkait langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang. Karena
itu, peserta didik membutuhkan keterlibatan langsung dalam cara, kondisi, dan
peristiwa pendidikan di luar jam tatap muka di kelas atau sering disebut dengan
kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan
ekstrakurikuler dapat dikembangkan dalam beragam cara dan juga isi.
Penyelenggaraan kegiatan yang memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah,
pada gilirannya menuntut pimpinan sekolah, guru, peserta didik, dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya untuk secara kreatif merancang sejumlah kegiatan
sebagai muatan kegiatan ekstrakurikuler.
Ada
tujuh kegiatan yang dapat dirancang oleh guru atau pembina pramuka untuk
mengintegrasikan gagasan pendidikan karakter ke dalam pendidikan kepramukaan,
antara lain:
1. Program
Keagamaan
Program
ini bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral beragama peserta didik. Dalam
konteks pendidikan nasional, hal itu dapat dikembangkan sesuai dengan jenis
kegiatan yang terdapat dalam lampiran Kepmen Diknas No. 125/U/2002 antara lain:
pesantren kilat, tadarus, sholat berjamaah, sholat tarawih, latihan dakwah,
baca tulis al-Qur’an, pengumpulan zakat dan lain-lain. Atau melalui program
keagamaan yang secara terintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: seminar,
dll.
2. Pelatihan
Profesional
Pelatihan
profesional yang ditujukan kepada pengembangan kemampuan nilai tertentu
bermanfaat bagi peserta didik dalam
pengembangan keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya: aktivitas
jurnalistik, kaderrisasi kepemimpinan, pelatihan menejemen dan kegiatan sejenis
yang membekali kemampuan professional peserta didik.
3. Organisasi Siswa
Organisasi
siswa dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung jawab yang dapat
mengarahkan siswa pada pembiasaan hidup berorganisasi, fungsinya sebagai hawana
pembelajaran nilai dalam berorganiasasi.
4. Rekreasi Dan Waktu Luang
Rekreasi
dapat membimbing siswa untuk penyadaran nilai kehidupan manusia, alam, bahkan
Tuhan. Rekreasi tidak hanya sekedar hanya berkunjung pada suatu tempat yang
indah atau unik, tetapi dalam kegiatan ini perlu dikembangkan cara-cara menulis
laporan singkat, tentang apa yang disaksikan untuk kemudian dijadikan bahan
diskusi di kelas. Demikian pula waktu luang perlu diiisi dengan kegiatan
olahraga atau hiburan yang dikelola dengan baik.
5. Kegiatan
Kultural Atau Budaya
Kegiatan
kultural adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyadaran peserta didik
terhadap nilai-nilai budaya. Kegiatan
orasi seni, kursus seni, kunjungan ke museum, kunjungan kecandi atau
tempat-tempat bersejarah lainnya merupakan program kegiatan ekstrakulikuler
yang dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan ini pun sebaiknya disiapkan secara
matang, sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terdapat kebudayaan sendiri.
6. Program Perkemahan
Kegiatan
ini mendekatkan peserta didik dengan alam karena itu, agar kegitan ini tidak
hanya sekedar hibungan atau menginap dialam terbuka, sejumlah kegiatan seperti
perlombaan olahraga kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberaniaan, dan
penyadaraan spiritual merupakan jenis kegiatn yang dapat dikembangkan selama
program perkemahan.
7. Program Live In Exposure
Live in exposure adalah
program yang sengaja dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menyingkap nilai-nilai yang berkembang di masyarakat peserta didik itu
serta kehidupan masyarakat untuk beberapa lama. Mereka aktif mengamati, melakukan
wawancara dan mencacat nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, kemudian
menganalisis nilai-nilai itu dalam kaitannya dengan kehidupan di sekolah.
Selama
ini masyarakat memandang ekstrakurikuler pramuka sebagai kegiatan yang kuno.
Kegiatan ini mengajarkan penggunaan semaphore, morse dan sandi rumput sebagai
alat komunikasi alternative di tengah canggihnya alat teknologi seperti
handphone dan I-Pad. Kegiatan pramuka mewajibkan peserta didik untuk berkemah
di hutan di saat banyaknya agen pariwisata dan vila-vila yang menawarkan harga
murah. Selain kuno, kegiatan pramuka di sekolah juga dicap sebagai gerakan yang
monoton dan membosankan. Yang diajarkan hanyalah baris-berbaris, tepuk-tepuk
dan bernyanyi saja sehingga pesertanya mudah bosan dan meninggalkan kegiatan
pramuka di sekolah.
Itulah
problem nyata yang menimpah kegiatan pramuka di sekolah dan di masyarakat.
Seandainya saja Pembina mau dan mampu berkomitmen untuk mengintegrasikan
pendidikan karakter dengan pendidikan pramuka dengan melaksanakan ketujuh program
di atas maka problem-problem tersebut tidak akan muncul. Dan kini merupakan
momentum yang tepat untuk melaksanakannya sebagai perwujudan dari gagasan
pendidikan karakter agar tujuan dari pendidikan karakter dapat tercapai, dan
mempunyai pengaruh terhadap belajar peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saat ini bangsa Indonesia telah mengalami degradasi moral. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan
yang mengarah pada pendidikan karakter. Akibatnya sering terjadi konflik antar warga, korupsi merajalela, pelecehan seksual, tawuran antar pelajar dan berbagai penyimpangan yang mengakibatkan
kehidupan masyarakat menjadi kurang kondusif.
Tujuh kegiatan yang
dapat dirancang oleh guru atau pembina pramuka untuk mengintegrasikan gagasan
pendidikan karakter ke dalam pendidikan kepramukaan, antara lain:
- Program keagamaan
- Pelatihan profesional
- Organisasi siswa
- Rekreasi dan waktu luang
- Kegiatan kultural
- Program perkemahan
7. Program live in exposure
Tiga lingkup pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Taylor yang dikutip
oleh Henry, antara lain:
- Pendidikan
karakter adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan
nilai-nilai edukatif.
- Pendidikan
karakter adalah situasi yang berpengaruh terhadap perkembangan pengalaman
dan kesadaran nilai pada peserta didik.
- Pendidikan
karakter adalah peristiwa seketika yang dialami peserta didik.
Pendidikan karakter memang sangat penting bagi perkembangan kepribadian
peserta didik, terutama siswa sekolah dasar yang pada dasarnya sedang mengalami perkembangan
kecerdasan baik emosional maupun intelektual dengan sangat pesat. Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler
siswa dapat dijadikan sarana untuk mendidik karakter peserta didik karena dalam
setiap kegiatan mengandung banyak manfaat yang berguna bagi perkembangan emosi
maupun intelektual peserta didik. Sehingga dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Indonesia memiliki kader-kader atau
generasi penerus yang berkarakter dan dapat membangun negara ini menjadi lebih
baik lagi.
B. SARAN
Sebaiknya pendidikan di negeri ini ditekankan pada pendidikan karakter. Mengingat banyak persoalan yang terjadi di
negeri ini disebabkan oleh moral dari bangsa kita yang semakin menurun dari
hari ke hari, kita dapat memulai hal tersebut dengan kegiatan pramuka di sekolah
dasar. Memang
hal tersebut terlihat sepele, namun akan terasa manfaatnya apabila peserta didik telah terjun dalam
kehidupan masyarakat.
FOTO
ANGGOTA
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan
karakter dan kepramukaan. Yogyakarta: Citra Aji
Parama.
2.
Pendidikan
Karakter Melalui Kegiatan Pramuka. Pengetahuan Online. Halaman Link: http://danielhermawan.blogspot.com/2013/10/pembentukan-karakter-melalui-kegiatan.html